Di suatu hari terdapat seorang anak perempuan yang hidup sebatang kara(sebatang pohon mungkin yach,hehehe). Ia sangat dalam kesusahan setelah kedua orang tuanya meninggalkannya 3 tahun yang lalu(cedih,hikz!!). Namun ia adalah seorang wanita yang tegar(walaupun di timpa batu eh maksudnya musibah,gkgk). Dia tidak pernah mengeluh akan keadaannya yang sekarang tidak bisa seperti keadaannya saat bersama kedua orang tuanya(yach walaupun terkadang manusia suka mengeluh.,hoho). Ia mencoba melakukan hal-hal kecil sehingga menjadi terbiasa akan hal itu. Setelah itu ia mencoba hal-hal yang mulai menanjak kesulitannya(sesulit apapun pasti ada jalan keluarnya,hihi). Namun dia memang seorang yang pantang menyerah sehingga ia mulai terbiasa lagi melakukan hal itu. Sudah dua tahap yang dapat ia lewatkan dengan penuh perjuangan dan kesabaran(namun perjuangan tidaklah mudah). Lalu ia berpikir “sekarang aku sudah dapat melewati berbagai kesulitan itu sampai kesulitan yang memang terasa berat untukku pikul(berat dpikul tambah berat dijinjing,gkgk). Ia merenung sejenak (beberapa menit pun berlalu) sehingga dia dapat melanjutkan apa yang telah ia perjuangkan saat ini”. Dia pun bertekad untuk melanjutkan hidupnya dimana terdapat masalah yang lebih rumit yang hingga membuat dirinya merasakan suatu keluhan dalam hatinya ”mengapa aku sangat sulit memecahkan masalah yang satu ini?”(dimana kita terkadang harus mempunyai tekad yang kuat).
Beberapa hari pun berlalu hingga dia dapat merenungkan lagi apa yang sebenarnya salah pada akar permasalahan yang telah ia hadapi saat sekarang ini. Namun seberapa pun usaha yang telah ia lakukan, ia tidak mendapatkan suatu solusi dari masalah yang telah ia hadapi saat itu. Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti hari dan bulan berganti bulan (namun rasanya kata-kata ini terlalu lebai yach,hehe) namun tetap apa masalah yang telah ada dalam kehidupannya itu dia tidak mendapatkan suatu solusi bagi dirinya. Karena ia sudah tidak mampu lagi memendam masalah itu akhirnya menceritakan kepada orang terdekatnya(terkadang kita membutuhkan saran dari orang terdekat kita). Dan teman karibnya tersebut juga tidak berani menyimpulkan masalah yang telah dihadapi temannya itu untuk memberikan suatu solusi yang baik baginya. Sekarang ia mulai putus asa akan ketegarannya yang dulu dimana ia mampu menjalani dan menghadapi apapun yang telah ia lalui di masa yang lalu saat meninggalkannya kedua orang tuanya. Dalam hatinya merintih kemana dirinya yang dulu dapat menjadi orang yang lebih baik.
Hingga akhirnya iya menyerahkan masalah yang ia hadapi dengan membagikannya kepada seorang pendeta yang melayani di gereja. Dimana mereka tidak sengaja bertemu saat pendeta tersebut sedang melayani sebuah gereja. Saat pendeta ini memberikan dia saran ia memahami dan mencerna apa saran yang telah disampaikan oleh pendeta tersebut. Ia pun memulai kehidupannya seperti yang di sarankan oleh seorang pendeta tersebut. Dimana ia mulai merasakan sesuatu yang lebih meringankan dari semua yang ia rasakan dalam kehidupannya selama ini. Hingga ia sekarang dapat merasakan sebuah keharmonisan dalam hidupnya berkat perjuangan yang telah ia tempuh selama ini yang membuat dia dapat merasakan kehidupan yang bahagia baik secara rohani maupun secara jasmani.
Dari petikan cerpen diatas dapat di simpulkan jika kita hidup tidak dapat hanya dengan kekuatan kita sendiri namun juga dengan kekuatan dari orang yang terdekat dengan kita dan yang paling utama adalah kekuatan dari Tuhan kita yang telah memberikan kita kekuatan dan Dia tidak pernah meninggalkan orang sedang dalam kesusahan. Seperti yang ada dalam nast alkitab yang mengatakan jika kita mengetuk pintu maka pintu itu akan dibukakan kepadamu. Walau sesulit apapun masalahnya jika kita menyerahkan semuanya kepada Tuhan pasti Tuhan akan menunjukkan bagaimana jalan yang harus kita tempuh pada kehidupan yang kita jalani.
0 komentar:
Posting Komentar